Minggu, 21 November 2010

cerpen " TIGA PEREMPUAN PELACUR "

Malam ini warna langit tampak kusam, tidak cerah juga tidak menarik. Persis denganku. Ketika sudah tua tidak ada lagi yang indah untuk di lihat. Para lelaki bejat pun juga ogah menggodaku, apalagi meniduri. Mimpi. Beda saat aku masih muda, saat masih montok dan bahenol. Daya pikat yang ku miliki bisa memuaskan semuanya. Dalam satu malam saja uang sejuta bisa masuk kantong dan masih di tambah dengan kenikmatan sangat menjajikan. Tapi itu dulu saat usiaku dua puluh lima tahun, saat aku menjadi pelacur kelas kakap di café markanah, saat semua lelaki saling berlomba meniduriku, dan saat dunia permesuman merengkuh kehidupanku.
Sudahlah. Sekarang usiaku tujuh puluh tahun. Masa suram itu sudah empat puluh lima tahun terlewati. Tapi hatiku masih sakit bila terus mengingatnya. Di usia seperti itu seharusnya aku bahagia dengan anak dan suami. Tapi nyatanya aku malah menjadi kupu kupu malam. menjadi sampah masyarakat yang tidak berharga sama sekali. Sungguh menyakitkan.
Pada usia dua puluh tiga tahun aku menikah dengan mas toni gunaya akbar, kita berdua sangat bahagia menjalani semuanya, apalagi oleh bapak mas toni kita di beri kado rumah senilai lima milyar. Pada saat itu aku bagaikan permaisuri di tengah tengah istana yang bisa melakukan apa saja sesuka hati. Satu tahun kemudian kebahagiaan semakin berlipat dengan hadirnya asti. Anak perempuan yang lahir dari rahimku. Peristiwa seperti ini juga di tunjang dengan materi yang melimpah ruah. Usaha mas toni yang bergerak di bidang makanan dan minuman sukses besar, cabangnya tersebar di seratus delapan puluh kota, omsetnya pun mencapai lima koma lima trilyun perbulan. Sungguh sesuatu yang menakjubkan bukan?.
Namun keindahan ini hanya sementara, karena mas toni di tipu oleh salah satu rekannya yang bernama anton. Semua asset berharga seperti rumah, perusahaan, tanah dan lain sebagainya berhasil di ambil alih dengan curang. Satu helai benang pun tak di sisakan untuk kita. Sungguh serakah.
Kejadian ini membuat mas toni sock, terpuruk, dan jatuh miskin. Ia pun tidak kuat menanggung semua beban. Hingga pada akhirnya tubuhnya drop perlahan lahan. WAFAT.
Aku yang waktu itu baru berumur dua puluh lima tahun, linglung tak tau harus bagaimana. Setiap hari asti selalu merengek minta ini itu. Padahal persediaan uang sudah tipis, barang barang yang bisa di gadaikan pun sudah habis. Aku stress. Kalau begini caranya labih baik aku mati saja.
Namun tanpa di duga maskanah datang ke hadapan, teman masa smp ku itu memberikan pekerjaan di kafenya sebagai pelacur. Aku pun menerima, karena waktu itu aku sangat bingung dan tidak bisa berfikir jernih.
CUKUP.
Aku ngga’ mau lagi mengingat semua ini, sungguh menyakitkan. Namun yang lebih menyakitkan, anakku (asti) dan cucuku (rina) berani mengikuti jejakku. Mereka berdua juga berani mengambil langkah memasuki dunia permesuman. Menjadi pelacur.
“ ibu, sudah malam kok belum tidur ? “ Tanya asti dengan tiba tiba, lamunanku pun buyar
“ belum nak, ibu belum ngantuk “

@ @ @ @ @ @ @ @ @

Namaku asti widyawati, usiaku sudah empat puluh enam tahun. Banyak orang bilang aku masih cantik, Segar, dan indah. Kata ibu, kecantikan ku ini adalah warisan dari wajah ganteng bapak yang selama hidup tidak pernah ku lihat. Foto beliau pun hingga detik ini tidak ada yang terpampang. Sungguh ironis. Karena keindahan yang ku miliki ini, banyak para lelaki duda menanti harapan, Ingin menjadikanku sebagi pasangan di hari tua, ataupun sekedar menjadi teman dalam suka dan duka. Namun aku tak bisa mnanggapi mereka, aku takut dengan masa lalu yang terus bersemayam, aku pun juga takut dengan kisah yang telah ku alami. Aku ini orang kotor, najis. Tidak pantas untuk mereka. Aku ini mantan pelacur.
Saat usiaku dua puluh dua tahun, aku bertemu dengan wiryo kusuma anggari. Kita berdua menjalani masa pacaran dengan sangat bahagia. Setiap hari wiryo selalu memberikan kebahagiaan pada hidupku. Dia itu adalah orang yang romantis, perhatian dan kebapakan. Bila bulan purnama tiba ia selalau mengajakku ke pantai, menyanyikan lagu ciptaannya yang di iringi gitar akustik. Sungguh indah.
Sampai pada suatu ketika antara sadar dan tidak. Kita bedua melakukan hubungan terlarang, wiryo merenggut keperawananku dengan sangat berani. Aku bingung, takut, dan tak tau harus bagaimana.
“ kalau kamu hamil, aku pasti bertanggung jawab “ begitulah janji manisnya kepadaku, aku pun hanya bisa percaya.
Setelah pada akhirnya aku benar benar hamil. Wiryo menemui ibu untuk melamar. Dia datang untuk bertanggung jawab atas semua ini. Ironisnya ibu malah menolak. Sebab ibu sudah mengenal reputasi wiryo yang sebagai anak nakal.
Lelaki dua puluh tujuh tahun itu adalah anak pengusahawan besar. Sebagai pemuda yang tumbuh di keluarga super sibuk, wiryo jadi kurang perhatian. ia pun tumbuh menjadi pemuda brandalan. Setiap hari kerjanya judi, mabok, dugem, balapan liar, dan lain sebagainya. Sang orang tua yang lama lama merasa ngga tahan. memutuskan untuk mengusirnya. nama wiryo pun di coret dari daftar keluarga.
Namun ketika dia bertemu denganku, kebrandalannya sedikit demi sedikit mulai berkurang. Dan pada akhirnya malah menghilang.
Namun ibu masih tetap kukuh, beliau masih ogah punya mantu macam wiryo, tapi setelah aku bercerita bahwa aku telah hamil, ibu pun luluh.

DUA TAHUN KEMUDIAN
Semenjak aku melahirkan rina, sifat wiryo kembali seperti dulu. Setiap hari selalu judi, mabok dan bermain wanita. Bila pagi sudah datang ia akan pergi tanpa pesan. Namun bila malam telah menjelang, ia akan pulang dengan kondisi sempoyongan. Hal seperti ini mengkin sebagai bentuk kekecewaan. Sebab pada saat aku hamil, wiryo selalu berangan angan punya anak laki laki Agar nanti bisa di ajak main bola, adu jotos, adu panco, berpetualang, dan lain lain. Namun nyatanya aku melahirkan bayi perempuan. Wiryo begitu kecewa dan aku begitu merana.
“ kamu yang sabar aja “ begitulah nasihat ibu yang selalau ku pegang teguh.

Suatu hari wiryo sedang apes di meja judi, dan untuk menyelesaikan masalah ia menjual ku ke seorang germo. Semenjak itulah karirku di dunia permesuman bemula.
Ibu dan aku sudah hancur menjadi pelacur, aku berharap semua ini akan berhenti sampai di sini. Tapi ternyata anak gadisku mengikuti jejak kita. Pedih sekali rasanya. Kenapa semua ini harus terjadi?. Kenapa ibu, aku, dan anakku harus menjadi pelacur?.

@ @ @ @ @ @ @ @

Orang orang memanggilku dengan nama rina, culup rina, tidak ada embel embel dan juga hiasan. Nama yang cukup ringan. Tapi tak seringan kehidupan yang ku Jalani. di usia delapan belas tahun aku sudah rela kehilangan keperawanan. Aku ngga tahu siapa yang melakukan. Karena pada waktu itu tiga orang bertopeng menyekapku, membawaku ke sebuah tempat yang entah berada di mana. Dan kemudian merobek robek keindahan. Sakit rasanya. Tapi aku mencoba tegar. Kehidupan yang aku jalani masih panjang. Di balik semua ini pasti ada kisah lebih indah.
Sekarang usiaku dua puluh lima tahun. Seharusnya aku sudah menikah dan mempunyai satu anak atau lebih. Tapi semua itu hanya mimpi. Setiap lelaki yang mendekatiku pasti akan mundur jika tahu bahwa aku udah ngga perawan. Mereka pun juga ogah untuk sekedar menggoda atau menyapa. Hatiku sangat sakit bila mengenangnya. Kenapa kehancuran ini harus ku alami?.
Kenapa?.
apa salahku?.
Sepi.
Ngga ada jawaban.
Setelah semua sakit ini membekas, aku langsung memutuskan memasuki dunia malam. Karena bila aku terus di rumah, kemolekan tubuhku tidak akan ada gunanya. Toh para lelaki juga ogah menikahiku. Tapi bila aku jadi pelacur, aku akan dapat uang dan kenikmatan. Adil kan?.
Namaku di blantika permesuman sangat menjajikan, dalam satu malam tarif yang aku patok sembilan juta. Tidak kurang dan tidak lebih. Harus pas. Orang orang yang membookingku bukanlah orang biasa, tapi orang berkelas seperti pejabat, artis, konglomerat, atlet, hingga penjahat. Mereka semua sangat puas dengan pelayananku. Agar semua pelanggan tetap setia kepadaku, mrs "v" sangat ku rawat dengan total. Bahkan yang lebih gila alat vital tersebut aku asuransi-kan.
Nenek, ibu, dan aku adalah sampah masyarakat. Tiga perempuan dari generasi berbeda yang sama sama menjalani hidup sebagai pelacur.
TRAGIS.


Jember, 2 januari 2008

Gunung Ranti 2.601 MDPL - hiking with PGJ (pendaki gunung jember)

puncak ranti 2.601 mdpl Gunung ranti adalah pendakian ketiga gue setelah semeru dan ijen, kali ini benar benar istimewa, karena ram...