2 5
Namaku
lauren. Umur 25 tahun. Aku terkenal sebagai seorang peramal hebat, tapi hanya
meramal kematian, hanya itu, tidak lebih. Aku menjalani profesi ini sejak umur
15 tahun, aku bisa menguasai hal ini karena warisan ayah.
Aku
kembali mengambil kartu di depan dan mengocoknya dengan kartu yang ada di
tangan. Hal ini untuk meramal diriku sendiri. 30 detik kemudian ku ambil lima
buah dan ku letakkan di meja, satu persatu segera ku buka.
- Kartu ke-1 : 5
- Kartu ke-2 : 5
- Kartu ke-3 : 5
- Kartu ke-4 : 5
kartu
terakhir masih ku pegang, ku pandang dan ku terawang. Ya tuhan berikan
keajaiban, jangan sampai kartu ini menunjukkan angka lima. Jangan sampai. Aku
takut sekali ya tuhan. Perlahan aku
intip kartu itu dengan mata memicing, terlihat sedikit, berwarna hitam dan sangat
terang. 1 – 2 . . . . ku tutup lagi. Aku tak bisa melakukanya ya tuhan, apa
yang harus ku lakukan.
Jam
dinding terus berdetak, suaranya berdentang pelan bagaikan nyanyian setan
memburu kematian. Angin yang berdesir juga sama saja, berhembus pelan dan
terasa mengerikan, ia bagaikan deru nafas izroil yang ingin mencabut nyawa. Ya
tuhan kenapa ini harus terjadi. Aaarrrggghhh.
Lima
menit kemudian aku masih terperangkap dalam keheningan, kartu yang kelima juga
masih teronggok di meja deean posisi tertutup, aku tak berani membukanya.
WUSSHHH. Tiba tiba dari arah jendela muncul angin berhembus kencang, menyapa
dan menyingkap kartu itu. Penasaran ini akhirnya terjawab. Lima. Dan ini sangat
mencengangkan. Berarti akhir kehidupanku benar benar di angka 25. Ya tuhan, ini
tidak mungkin, apa yang harus ku lakukan, aku belum ingin mati.
Pagi
buta saat mentari muncul di ufuk timur aku jooging di sekitar rumah untuk
mencari udara segar. Satu minggu ini aku terus mendekam di kamar memikirkan
angka 25, ramalan kematianku yang sangat kacau. Aku stress berat dan bagaikan
mayat hidup. Pagi ini udara terasa segar, damai dan tidak menyiratkan aura
kematian.
“
lauren “ tiba tiba seorang lelaki menghampiriku, ia juga sedang jooging sama
sepertiku. Kalau melihat dari kondisi fisik ku taksir umrnya 55 tahu, banyak
uban di rambut dan juga keriput di wajah.
“
ya, bapak siapa? “
“
tak penting. Aku tahu saat ini kau sangat kacau karena memikirkan angka 25 “
Bersamaan
dengan hal ini tiba tiba saja mataku bersirobok dengan angka 25 yang menempel
di sebuah rumah, yang lebih mengerikan, rumah itu ber-arsitektur kuno dan
terlihat mengerikan, ia tampak tak berpenghuni, alang alang banyak bertebaran
di berbagai sudut. Akhir akhir ini aku sangat alergi dengan sesuatu yang berbau
25. Poster di kamarku yang bergambar 25 mawar sudah ku buang ke tempat sampah,
di dompetku pun tak pernah ku isi dengan uang bernominal 2500, 25.000, 250.000.
aku sangat alergi dengan angka 25
“
sebentar lagi kamu akan mati, takdirmu sudah di tuliskan lauren “ kata kata
lelaki itu sangat dingin, dan itu menimbulkan aura ngeri yang kental ku rasakan
“
tidak mungkin. Aku masih ingin menikmati dunia, masih banyak yang ingin ku
raih. Jadi aku tidak mau dan tidak akan mati “
“
tapi kau harus. Kau sudah di takdirkan. Kedatanganku di sini hanya untuk
memberikan petuah “
“
petuah sampah. Kau tidak usah bicara lagi soal kematian. Aku tidak akan mati “
emosiku sudah meledak dan tumpah ke permukaan, tapi laki laki itu hanya
tersenyum dan menunjukkan sebuah kesabaran di wajahnya
“
kau ini darah muda, susah mengotrol emosi, aku juga pernah mengalami masa muda
“
“
lalu maumu apa? “
“
aku hanya ingin memberikan petuah sebelum kau mati “
Lama
lama aku pun luluh dengan kesabaran orang itu
“
mati itu pasti, entah bagaimana caranya. Kau akan mati dan semuanya pasti juga
mati, tinggal menunggu giliran alias ngantri “
“
kayak beli tiket aja “
“
memang, tapi sebelum kita mati yang harus kita persiapkan adalah sangu “
“
maksud anda? “
“
agamamu apa? “
“
apa hubungannya? “
“
jawab. Agamamu apa? “
“
islam “
“
tapi namau kok non muslim? “
“
aula renita samawi, itu nama lengapku, tapi di pangil lauren “
“
baik, dengarkan aku baik baik, alloh sudah berfirman inalillahi wa inalillahi roji’un. Yang artinya orang mati
akan kembali kapada tuhan. Jadi sebelumnya kita harus tahu dan kenal tuhan
kita. Alloh swt. Sama seperi saat kamu mau pulang ke rumah habis bepergian.
Otomatis kamu harus tahu jalan pulang dan posisi rumahmu kan? “
“
terus? “
“
kalau kita tidak tahu bagaimana? . . . . tersesat. Begitu juga dengan tuhan.
Kalau kamu belum kenal siapa alloh, kamu mau kembali kemana coba?. Kan di ayat
itu sudah jelas, orang mati kembalinya ke tuhan. Bukan surga atau neraka “
“
kok seperti itu? “
“
alloh itu nama. Ada wujudnya. Sama kayak kamu. Namamu lauren, wujudnya
perempuan, rambut hitam lurus panjang, mata sipit dan lumayan tinggi. Begitu
juga dengan alloh. Selama ini kamu hanya tahu namanya kan?, tidak wujudnya “
Aku
terpaku dan mematung tak bergerak, yang di katakan laki laki ini sebenarnya
masuk logika, tapi aku masih sangsi
“
lalu alloh itu siapa? “ tanyaku lugas dan tegas
“
dia di sini “ jawab laki laki itu sambil menunjuk tepat di tengah tengah
dadaku. Orang gila, mana mungkin tuhan ada di tengah tengah dadak. Aneh aneh
aja.
Malam hari kemudian
Detik
ini suasana terasa dingin. Jam dinding menunjukkan pukul 24:00 wib, sudah
larut,aku hanya sendirian di rumah, sangat sepi. Papa dan mama sudah tiga bulan
ini ada di jerman, ngurusin bisnisnya dan menelantarkan anaknya. Kata kata laki
laki tadi terus terngiang di telingaku. Aaarrrggghhh ini benar benar
menyebalkan. Aku sama sekali tidak kenal tuhan, selama ini papa dan mama tidak
pernah mengajariku mengenal agama, yang di ajarkan hanya kemampuan mengumpulkan
materi sebanyak banyaknya. Benar benar menyebalkan. Dunia ini bagiku semakin
lama semakin kacau.
Aku
segera mengambil kartu remi dan mengocoknya ogah ogahan, ini untuk meramal diriku
sendiri. 30 detik kemudian kuambil lima kartu dan ku letakkan di meja, setelah
itu langsung ku buka satu persatu
- Kartu-1 : 10
- Kartu-2 : 10
- Kartu-3 : 1
- Kartu-4 : 1
- Kartu-5 : 3
Berarti
25. Aaarrrggghhh ini gak mungkin. Aku segera mengumpulkan, mengocok, dan
mengambil lima kartu lagi
- Kartu-1 : 1
- Kartu-2 : 9
- Kartu-3 : 10
- Kartu-4 : 4
- Kartu-5 : 1
Tetap
25, aku masih tak percaya dan mengocoknya lagi dan melihat hasilnya lagi, masih
sama, ku ulangi lagi hingga berkali kali, masih tetap sama. 25. Aaarrrggghhh.
Brengsek, ini benar benar menyebalkan. Ya tuhan, apa yang harus ku lakukan, apa
mungkin umurku berakhir di angka 25. Aaarrrggghhh bangsat. Aku masih ingin
hidup.
Sejenak
ku pandangi kartu kartu itu. Benda benda ini adalah biang kerok, dialah
penyebab kekacauan ini, aku segera mengambil korek api dan membakarnya tanpa
ampun. Dalam sekejap api langsung membara lumayan besar. Tapi sial. Aku baru
sadar. Seharian tadi aku stress berat, botol botol alcohol papa yang ada di
lemari bar ku keluarkan semua. Alcohol alcohol itu ada yang ku tumpah
tumpuhkan, ku minum, dan ku buat mandi. Aku benar benar gila, tapi itu sangat lumayan
untuk menghilangkan penat. Tapi sekarang hal itu adalah pembuktian bahwa umurku
benar benar berakhir di angka 25. Api dari kartu itu mengenai ceceran alkohol
dan semakin membesar, sulit di kendalikan. Material yang di gunakan di kamarku 85%
adalah kayu. Dan ini sudah cukup menjelaskan kalau umurku benar benar berakhir
di angka 25.
Wonokromo
– Surabaya, 22 – 10 – 2011
Vvip:
kos-kosan bu neneng